Jumat, 20 November 2009

Arief Affandi Cukup Berpeluang Setelah Bambang Mundur

KRC, SURABAYA -
Partai Demokrat, ''musuh'' besar PDIP dalam bursa pemilihan wali kota (pilwali) Surabaya 2010, tak bisa menyembunyikan ''kegirangannya'' setelah ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa Bambang Dwi Hartono tak bisa nyalon lagi lantaran sudah dua kali menjabat. Calon-calon Demokrat pun mengungkapkan optimisme yang begitu tinggi.

Wawali Surabaya Arif Afandi mengaku sebagai salah seorang yang mendapatkan angin. ''Pastinya bukan hanya Demokrat, lah. Partai lain juga terbuka,'' ujar bapak empat anak itu di Kantor Wakil Wali Kota, Balai Kota, kemarin. Sebab, suara yang sudah mengarah ke Bambang D.H. bisa diperebutkan calon lain. ''Itu membuat kompetisi lebih seru,'' ungkapnya.

Arif memang mengakui bahwa elektabilitas Bambang sebagai figur wali kota begitu tinggi. Kinerja Bambang sebagai wali kota begitu dahsyat. Banyak program yang berhasil. ''Nyata terlihat masyarakat,'' ujar Arif. Hal itu, tegas dia, membikin figur Bambang sangat kuat.

Sehari pasca keluarnya putusan MK, Arif langsung menjadi ''magnet'' calon-calon lain. Kemarin di ruang dinasnya, dia disambangi M. Sholeh, calon wali kota dari jalur independen. Sholeh, advokat muda tersebut, menyatakan ingin menimba ilmu politik.

Mantan aktivis PRD tersebut juga menyebutkan, gagalnya Bambang untuk maju lagi membuat peluang Arif sangat besar. ''Terus terang, tidak ramai tanpa Pak Bambang. Mas Arif akan lenggang kangkung sendirian tahun depan,'' ungkap Sholeh lantas tertawa kecil.

Dengan berbagai pujian itu, maukah Arif menggandeng Sholeh sebagai wakilnya dalam pemilihan tahun depan? Arif menjawab diplomatis. ''Everything is possible,'' tuturnya lantas tersenyum.

Di tempat terpisah, Ketua DPRD Surabaya Wisnu Wardhana juga mengaku gembira atas gagalnya Bambang untuk mencalonkan lagi. ''Jujur, chance saya menjadi besar dengan tidak bisanya Pak Bambang maju lagi,'' tuturnya kemarin.

Wisnu memang berhasrat mencalonkan diri sebagai wali kota Surabaya periode 2010-2015. Sejak 10 November lalu, ketua DPC PD Surabaya tersebut memantapkan diri bertarung dalam kompetisi. Wisnu sudah membuat ratusan poster dan puluhan baliho besar. Beberapa balihonya sudah bisa dilihat di beberapa sudut kota ini. Misalnya, di Jalan A. Yani, Jalan Ngagel, dan Jalan Kertajaya.

Selain senang, Wisnu mengaku sedih karena Bambang tidak bisa maju lagi. Menurut dia, kader PDIP tersebut telah berhasil membangun Surabaya. Sosok Bambang pun, kata dia, amat populer di mata masyarakat. Kepopuleran itu, ujar dia, jauh lebih powerful daripada mesin politik partai. ''Jujur, Pak Bambang adalah sosok terbaik di kota ini,'' tegasnya.

Selain merasa chance-nya semakin besar, Wisnu menyatakan mundurnya Bambang merupakan berkah tersendiri. Saat ini, ungkap dia, pihaknya sedang menjajaki lobi intensif dengan kubu Bambang dan PDIP. Tujuannya, mengajak Bambang menjadi mitra koalisinya. Wisnu mengharapkan Bambang mau mendampingi dirinya sebagai bakal calon Wawali.

''Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Semua bisa terjadi. Justru kalau benar Partai Demokrat bergandengan dengan PDIP, pemerintahan akan menjadi sangat stabil,'' tuturnya.

Dia menilai, jika satu pasangan calon wali kota berasal dari satu partai, akan timbul suasana tidak sehat. Dia menuturkan, monopoli politik sangat jelek. Dampaknya, Wisnu memprediksi, pasangan calon itu tidak laku di mata masyarakat.

Senada dengan Arif dan Wisnu, kandidat bacawali dari PD lainnya, Fandi Utomo, merasa di atas angin. Hanya, mantan ketua DPC PD Surabaya itu masih sungkan-sungkan mengungkapkan hal tersebut. Fandi menyebutkan, dengan kandasnya Bambang, dirinya bakal mengkaji ulang apakah hal tersebut membuka kemungkinan-kemungkinan baru baginya.

Pertarungan Internal Demokrat

Sebelum bertarung dalam kompetisi yang sesungguhnya, Wisnu, Arif, dan Fandi harus bertarung untuk mendapatkan rekomendasi dari Partai Demokrat. Dalam waktu dekat, Demokrat membentuk tim sembilan untuk menggodok calon wali kota itu.

Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi DPC Partai Demokrat Surabaya Mochamad Machmud menuturkan, saat ini PD sedang menggodok pembentukan tim sembilan. Anggotanya adalah tiga orang dari DPP, tiga orang dari DPD Jatim, dan sisanya dari DPC Surabaya.

Sesuai peraturan organisasi, ketua tim sembilan adalah ketua DPD Jatim. Sekretarisnya adalah ketua DPC Surabaya. Menariknya, Wisnu Wardhana masuk dalam tim sembilan. Padahal, dia sudah terang-terangan mendeklarasikan diri untuk maju sebagai calon wali kota. ''Kalau soal itu, kita tunggu juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknisnya (petunjuk teknisnya),'' terang Machmud.

Ketua Komisi B DPRD Surabaya tersebut menambahkan, nama-nama anggota tim sembilan, terutama dari DPC dan DPD, akan muncul selambat-lambatnya tiga bulan sebelum pilwali, akhir Mei atau awal Juni.

Namun, meski sejauh ini dipastikan duduk dalam tim sembilan, Wisnu justru kurang sreg kalau pemilihan dilakukan tim tersebut. Menurut dia, alangkah lebih baik Demokrat mengadakan polling. ''Hal tersebut, bagi saya, paling transparan. Kalau benar demikian, saya akan siap fight. Saya juga akan berusaha menggenjot massa secepat dan semaksimal mungkin,'' tegasnya. (hn)




.

Geliat Bursa Walikota Surabaya

KRC, Surabaya
Wacana pencalonan Bambang Dwi Hartono sebagai wakil wali kota periode 2010-2015 memang sah secara hukum positif. Demikian juga soal rencana Saleh Ismail Mukadar, bakal calon wali kota PDIP, yang akan mundur jika terpilih agar Bambang bisa naik jadi wali kota. Tapi, aksi ''tipu-tipu politik'' tersebut dapat membuat citra PDIP kian ambles. Demikian pula citra Bambang D.H. yang selama ini sudah terpupuk apik.

Itu diungkapkan pengamat politik dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISI) Universitas Airlangga Haryadi kemarin (19/11). Haryadi mengakui bahwa popularitas Bambang begitu moncer. Kiprahnya sebagai wali kota selama 7,5 tahun cukup membanggakan. Dengan demikian, ungkap master dari University of California Berkeley itu, wajar PDIP begitu memperjuangkan Bambang secara mati-matian.

Bambang pun diplot di posisi mana saja, termasuk duduk di posisi calon wakil wali kota. Tujuannya suara untuk Bambang tidak lari ke mana-mana.

Setelah dinyatakan tidak bisa mencalonkan diri lagi karena sudah dua kali menjabat, pencalonan Bambang di posisi wakil wali kota memang sah. Hukum positif membolehkan, aturan main politik juga tidak melarang. Namun, siasat lanjutan Saleh Mukadar, yakni mundur kalau terpilih agar Bambang sebagai wakil bisa naik lagi ke pucuk pimpinan, bisa jadi bumerang. ''Masyarakat kita mungkin tidak akan bisa menerima aksi tipu-tipu dan pembohongan itu. Mungkin secara politik itu biasa, tetapi hal tersebut sangat tidak bermoral di mata masyarakat,'' katanya.

Kalau betul strategi itu yang akan dijalankan, nama Bambang akan hancur di mata publik. Menurut Haryadi, orang akan menilai suami Dyah Katarina tersebut ambisius dan gila kekuasaan. Hal tersebut, menurut Haryadi, akan membikin suara PDIP tidak malah baik, tetapi hancur luar biasa.

Haryadi menuturkan, meski berat, Bambang seharusnya menjadi orang di balik layar saja dalam menyokong calon dari PDIP. Dia bisa muncul di publik dan berperan untuk memberikan personal guarantee saja kepada siapa saja calon dari PDIP. Dia bisa meyakinkan pengikut setianya untuk memilih siapa pun kader PDIP yang maju. Sebab, calon tersebut adalah penerusnya.

Itu bisa jadi salah satu siasat politik untuk menyaingi calon dari Partai Demokrat. ''Saleh Mukadar juga tidak mudah kalah kalau digaransi oleh Bambang. Banyak suara Bambang yang akan mengalir ke sana,'' tuturnya.

Strategi yang cespleng memang perlu. Sebab, kegagalan Bambang untuk mencalonkan diri lagi membuat peta persaingan begitu mudah ditebak. Wawali Arif Afandi diyakini berada di pole position untuk merebut kursi Surabaya-1. Tapi, jalan Arif pun tak mulus. Ada pertarungan internal dalam tubuh Demokrat. Kalau Arif bisa mendapatkan rekomendasi dari PD untuk maju, maka peluangnya akan sangat besar. ''Asal strategi politik yang diusung Arif tepat. Terutama saat memilih pasangan yang pas, maka dia akan bisa melenggang,'' tutur Haryadi.

Dengan mundurnya Bambang, kata Haryadi, tak ada calon lain yang bisa menyaingi popularitas dan tingkat elektibilitas Arif. Haryadi, bapak dua anak itu, menuturkan, ada tiga survei yang dilakukan salah satu lembaga dalam mengukur sosok yang layak memimpin Surabaya. ''Saya tak menyebut lembaga tersebut. Tapi, saya jamin kredibel,'' ujar Haryadi.

Dalam survei pertama setahun lalu, popularitas dan elektabilitas Bambang melesat. Arif dan Saleh Mukadar tercecer jauh. Saleh pun tak bisa mengejar posisi Arif. ''Figur lain masih belum kelihatan. Tidak masuk hitungan lah. Kita anggap itu sebagai variabel saja. Mungkin hanya ada Indah Kurnia di luar tiga orang itu. Tetapi jaraknya juga masih sangat jauh,'' tandas Haryadi.

Lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu menambahkan, konfigurasi calon masih belum berubah saat lembaga survei itu melakukan tracking kedua, tiga bulan lalu. Bambang D.H masih yang teratas. Namun Arif Afandi mulai mendekati tingkat elektabilitas dan popularitas Bambang. Itu karena wacana gagalnya Bambang D.H. untuk maju kembali. Sementara itu, Saleh Ismail Mukadar namanya semakin jauh tertinggal dibandingkan dua orang incumbent tersebut. Calon lain, kata Haryadi, masih belum muncul ke permukaan.

Sebulan lalu, lembaga survei kembali melakukan tracking. Arif Afandi mengalami lonjakan yang sangat berarti. Meski dia masih berada di bawah Bambang D.H., namun, sedikit sekali jaraknya. Nama Saleh rupanya terus terpuruk. Dalam survei tersebut, dia makin tenggelam.

Lantas bagaimana dengan sosok lain? Haryadi mengungkapkan, sosok seperti Fandi Utomo, Wisnu Wardhana, Tri Rismaharini, dan M. Sholeh sudah muncul. Namun mereka masih belum bisa menyaingi tingkat popularitas dan elektabilitas tiga orang tersebut. Haryadi meyakini bahwa konfigurasi itu tidak banyak berubah menjelang pilwali mendatang.

Haryadi juga menyebut Arif justru akan lebih mudah merebut hati masyarakat Surabaya ketimbang bertarung di tingkat internal partai. Pertarungan di Demokrat sangat ketat. Arif harus bertarung dengan Fandi Utomo dan Wisnu Wardhana. Apalagi, kata Haryadi, Fandi dan Wisnu punya lobi yang sangat kuat ditingkat elite. Terutama Fandi. Track record mantan ketua tim sukses SBY-Kalla Surabaya pada pilpres 2004 cukup mengagumkan. Fandi pun pernah menjadi pemenang konvensi PKB dalam pilwali Surabaya 2005 meski bukan berasal dari partai itu. ''Walau akhirnya PKB memutuskan lain, itu merupakan sebuah pencapaian tersendiri,'' tuturnya.

Namun, peluang Wisnu dan Fandi sangat berat. Haryadi menyebut dua orang tersebut sangat telat. ''Harusnya, dua tahun lalu mereka deklarasi. Apalagi Wisnu terkesan tidak serius. Dia terkesan hanya ingin meningkatkan bargainnya saja sebagai ketua DPC,'' tandasnya.

Haryadi menyebut bahwa Tri Rismaharini bisa maju. Namun bukan sebagai bakal calon wali kota, tetapi bakal cawawali. Meski track record Risma di pemerintahan sangat cemerlang, namun sosok Risma masih belum kuat sebagai orang yang bisa duduk di jabatan politik. ''Tingkat popularitasnya boleh tinggi, tetapi elektabilitasnya rendah,'' tutur Haryadi.

Senada dengan Haryadi pengamat politik lain asal Unair Kacung Maridjan menuturkan, peluang Bambang D.H untuk maju sebagai cawawali bisa terbuka lebar. Sebab hukum postif memungkinkan hal tersebut. Tetapi, hal ini bisa menjadi blunder bagi Bambang dan PDIP. Pasalnya, dia akan dinilai ambisius dan gila kekuasaan oleh masyarakat. Dan hal ini tidak bagus. (hn)

Rabu, 04 November 2009

Boros Anggaran Peresmian SSC Dimasalahkan Dewan




KRC, SURABAYA -
Rencana peresmian Surabaya Sport Center (SSC) dipermasalahkan DPRD Surabaya. Sebab, untuk acara peresmian saja, pemkot menganggarkan Rp 12,1 miliar. Angka itu melebihi anggaran program kemiskinan.

Dewan menilai, anggaran yang diajukan pemkot melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2010 itu tidak rasional. Bahkan, itu bisa mencederai rasa keadilan masyarakat Surabaya. Sebab, untuk peresmian yang dilakukan dalam waktu sehari itu, dana yang dialokasikan melebihi anggaran program kemiskinan selama setahun.

''Untuk program Jamkesmas nonkuota di dinas kesehatan (Dinkes) saja, alokasinya hanya Rp 10 miliar. Itu untuk orang miskin setahun. Nah, ini peresmian untuk hura-hura, anggarannya sampai Rp 12,1 miliar. Ini sudah keterlaluan,'' kata Ketua Komisi D DPRD Surabaya Baktiono.

Dana pesta pembukaan stadion yang diberi nama Gelora Bung Tomo itu baru terkuak saat banggar (badan anggaran) melakukan rapat kemarin. Pemkot melalui dinas pemuda dan olahraga (dispora) memang mengajukan anggaran untuk sejumlah kebutuhan. Mulai biaya perawatan stadion-stadion di Surabaya hingga peresmian SSC.

Nah, begitu melihat anggaran launching SSC yang dijadwalkan Mei 2010, beberapa anggota dewan menyatakan tidak setuju dengan alokasi dana tersebut. ''Ini sudah tidak bisa masuk akal,'' ucap Baktiono yang juga anggota banggar.

Dalam rencana anggaran biaya, dana Rp 12,1 miliar itu terdiri atas 21 item uraian. Misalnya, untuk upacara dan pergelaran, pemkot menganggarkan Rp 2 miliar. Namun, tidak ada penjelasan yang dimaksud dengan upacara dan pergelaran.

Saat peresmian nanti, pemkot juga akan menyewa 140 bus untuk mengangkut masyarakat yang bakal menonton peresmian stadion. Untuk keperluan itu, pemkot menganggarkan Rp 500 juta. Selain itu, pemkot berencana mengundang tim sepak bola dari luar negeri dan mengalokasikan dana Rp 1 miliar.

Pos dana lain yang dianggap tidak wajar oleh dewan adalah suvenir. Hanya untuk pengadaan 25 ribu suvenir, pemkot menganggarkan Rp 2,5 miliar.

''Ini jelas pemborosan. Konsep acaranya mungkin saja bagus. Tapi, jangan makan anggaran besar itu. Masak semalam habis Rp 250 juta untuk kembang api saja,'' kata Fatkur Rohman, anggota banggar yang lain.

Dia mengatakan, anggaran Rp 12.195.951.900 itu tidak tertampung dalam penyusunan RAPBD 2010. Tapi, pada akhir pembahasan di komisi D, anggaran prestisius itu dititipkan secara misterius. ''Apalagi, kode rekening kegiatannya belum ada. Ini sesuatu yang aneh tapi nyata, tiba-tiba muncul belakangan,'' ujar ketua DPC PKS Surabaya itu.

Menurut dia, dewan nyaris kecolongan dengan kegiatan yang leading sector-nya berada di dispora itu. Apalagi, anggaran superbesar tersebut diajukan ketika Surabaya masih menghadapi banyak masalah pelik lainnya. Misalnya, ancaman gizi buruk dan masalah pengentasan kemiskinan yang belum tuntas.

Karena itu, dewan berjanji tidak akan meloloskan anggaran Rp 12,1 miliar. DPRD mau menyetujui itu jika angkanya diturunkan. ''Kami kira, idealnya cuma Rp 2 miliar. Itu sudah mewah. (tw)

Kamis, 22 Oktober 2009

Diduga Jaksa Tebang Pilih Kasus P2SEM


KRC, Surabaya –
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dinilai tebang pilih dalam menyelesaikan kasus Program Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM). Pasalnya hingga Kamis sore (22/10), Kejati Jatim baru menetapkan mantan Ketua DPRD Jatim, Fathorrasjid sebagai tersangka utama. Padahal, masih ada sejumlah anggota dewan lain yang ditengarai menjadi aktor utama dalam bancakan dana hibah itu.

Salah satu nama anggota dewan yang masih diluar tahanan adalah Renville Antonio dari Fraksi Demokrat. Politisi muda ini diduga kuat juga berperan sama halnya Fathrorrasjid. Melalui dana P2SEM, ia memberikan bantuan unit-unit komputer di sejumlah sekolah-sekolah di Jawa Timur. Sama dengan Fathorrasjid yang disebut-sebut memerintahkan ajudannya Pudjiarto (keduanya kini mendekam di Medaeng), Renville juga mengajak Mualimin (warga Sidoarjo) yang kini juga sudah merasakan pengapnya di Medaeng. Mualimin dianggap telah melakukan mark-up harga komputer dengan jumlah ratusan unit.

Sayang, selama ini Kejati diduga melindungi Mualimin dengan dalih yang bersangkutan tidak memberikan keterangan yang jelas soal keterlibatan Renville Antonio.

Inilah yang memicu kecurigaan dari para praktisi hukum di Surabaya. Dading P Hasta menyatakan, sebenarnya Kejaksaan tidak kesulitan dalam menyelesaikan dugaan kasus korupsi yang merugikan uang negara miliaran rupiah itu. Karena, lanjut Dading, sudah ada beberapa mantan anggota DPRD Jawa Timur sudah ditetapkan sebagai tersangka.

“ Namum itu semua tergantung kepada Kejaksaan apa mereka serius dalam menyelesaikan persoalan itu atau tidak,” tuturnya pada Surabaya Pagi tadi malam.

Ia menegaskan, Kejaksaan harus serius dalam menyelesaikan persoalan itu, karena kasus ini menjadi perhatian masyarakat. “Jika Kejaksaan tidak segera menyelesaikan dugaan korupsi itu, berarti kejaksaan main-main dan hanya orang tertentu yang dijadikan korban,” tambahnya.

Masih menurut Dading, di dalam proses penyelidikan sudah jelas pembuktiannya dan kejaksaan tinggal mengembangkan siapa yang terlibat. Sebab, menurut pengacara terkemuka di Surabaya ini, dalam kasus P2SEM yang terlibat dan menikmati kucuran dana itu tidak sedikit, melainkan lebih dari satu orang.

Ia khawatir Kejaksaan akan sangat mencederai supermasi hukum. Di mana hukum tidak pandang bulu dalam menyelesaikan persoalan. Jika katanya yang bersalah dan melanggar hukum, harus diproses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

“ Hukum jangan dibuat main-main dan jika itu benar apa yang dilakukan Kejaksaan, maka sangat memalukan serta mencederai hukum,” ujarnya.

Dading menegaskan kejaksaan seharusnya bisa menetapkan beberapa tersangka lagi dengan tidak hanya berhenti pada sosok Fathorrasjid.

“ Kalau tidak tuntas dan hanya Fathorrasjid yang jadi tersangka, diberhentikan saja dari Kejaksaan,” tegasnya.

Sementara Dosen Fakultas Hukum Ubhara Surabaya Dr. M. Sholahudin SH MH, juga mempertanyakan kinerja Kejaksaan Jatim. Ia mengutarakan, dalam hukum pidana, para pelaku tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan satu orang. Melainkan banyak orang yang terlibat.

“Apa lagi yang dikorupsi itu uang anggaran baik itu APBD atau APBN, tidak mungkin pelakunya hanya satu orang saja,” jelasnya.

Menurutnya Sholahudin, kitab hukum pidana pasal 55 tentang acara umum disebutkan ada 4 kriteria atau pedoman di mana orang melakukan korupsi adalah mereka yang turut serta melakukan korupsi, yang membujuk melakukan korupsi dan menyuruh melakukan korupsi.
“Jadi jika Kejaksaan serius dalam menyelesaikan kasus itu tidak menutup kemungkinan ada tersangka lainnya yang terlibat,” katanya.

Ia menuturkan lagi, jika mengacu pada hukum pidana korupsi seharusnya tidak Fathorrasjid serta asistennya saja yang jadi tersangka. “ Tidak cukup hanya satu tersangka karena pasti banyak lagi yang melakukan tindakan serupa,” lanjutnya.

Pengamat hukum dari Ubhara ini menegaskan, jika kejaksaan tidak bisa mengembang serta menangkap para tersangkan lainnya, hal ini akan menimbulkan pertanyaan besar di masyarakat umum.

“Kalau hanya Fathorrasjid saja masyarakat beranggap mantan ketua DPRD Jatim itu hanya sebagai tumbal dan ini ketidakadilaan terjadi,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data dan investigasi Surabaya Pagi, Renville dan Mualimin saling berkaitan alias satu paket dalam urusan pencairan dana P2SEM senilai Rp 2,5 miliar yang mayoritas anggarannya digunakan untuk pembelian komputer. Salah satunya adalah pengadaan tujuh unit komputer di SMK Pelayaran Kota Kediri dengan anggaran Rp 100 juta.

Selain pengadaan komputer, Renville juga menerima dua paket proyek P2SEM lainnya dengan nominal anggaran cukup besar. Antara lain proyek penggemukan sapi limusin di desa seloliman Kec Trawas senilai Rp 200 juta dan desa Segunung Kec Dlanggu Mojokerto senilai Rp 300 juta.(jj)

Kamis, 20 Agustus 2009

SBY Tepis Dirinya Hanya Jendral Staf




KRC, JAKARTA -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menepis anggapan bahwa dirinya hanya seorang jenderal di belakang meja yang tak memiliki pengalaman tempur. SBY mengatakan, selama karirnya di militer, dirinya sempat ditugaskan di satuan lintas udara pada Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang diterjunkan di sejumlah operasi militer.

"Banyak yang mengatakan bahwa SBY itu selama di TNI hanya bertugas di staf. Begitu katanya, terutama ketika sedang ada kegiatan demokrasi, perhelatan pemilu. Yang jelas, saya mengabdikan waktu saya, semasa di TNI, di satuan lintas udara sampai memimpin brigade infanteri di Kostrad, yang bertetangga dengan Kopassus," papar SBY setelah menerima brevet komando kerhormatan Kopassus di Mako Cijantung, Jakarta, kemarin (20/8).

Dengan brevet tersebut, SBY diterima sebagai warga kehormatan korps baret merah itu. Brevet diberikan KSAD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, disaksikan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Pangkostrad, dan perwira tinggi korps baret merah. Turut menyaksikan pula, Danjen Kopassus yang juga adik ipar SBY, Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo.

SBY menambahkan, dirinya juga pernah ditugaskan ke Timor Timur dan menjadi komandan batalyon pasukan perdamaian di Bosnia. Dia bercerita, selama bertugas di operasi-operasi militer, dirinya sudah kerap bekerja sama dengan Kopassus. ''Saya tahu betul kecakapan, prestasi, dan jasa satuan elite ini kepada bangsa dan negara,'' ujarnya.

SBY kemarin juga menyaksikan latihan kesiagaan penaggulangan teror yang digelar Kopassus. Latihan tersebut tertutup bagi umum. ''Setelah menyaksikan keterampilan taktis, saya bangga, dan teruslah menjadi prajurit yang andal sebagai perisai bangsa dan negara,'' tuturnya. SBY mengatakan, dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara, TNI mengenal dua operasi militer, yakni dengan perang dan selain perang.

Menurut dia, kedua-duanya adalah tugas konstitusional yang sah, sesuai dengan perintah atau amanat undang-undang. Karena itu, lanjut SBY, tidak tepat jika berpandangan bahwa TNI tidak boleh menjalankan tugas selain perang. Kopassus didesain untuk melaksanakan operasi khusus yang berkaitan dengan perang dan selain perang. Korps baret merah juga harus siap berada di belakang garis musuh dan operasi lawan gerilya.

Dia mencontohkan, krisis di perbatasan Ambalat juga terus diupayakan negosiasi dan diplomasi dengan Malaysia. ''Tapi, tetap dengan catatan bahwa satu jengkal wilayah Indonesia harus kita pertahankan dan tidak bisa disentuh negara lain,'' terang SBY.

Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan prajurit. Tahun depan, diusulkan anggaran pertahanan menjadi Rp 40 triliun. ''Saya berharap, anggaran digunakan secara tepat, untuk pengadaan alutsista dan meningkatkan kemampuan ope­rasional,'' ujarnya.

Sementara itu, pidato penerimaan atau acceptance speech capres terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tadi malam menjadi akhir perhelatan Pemilu 2009. Selama 22 menit, dengan 28 kali tepuk tangan, SBY menyampaikan pidato yang berisi ucapan terima kasih, ajakan bersatu kembali, serta janji membentuk pemerintahan yang lebih baik.

Ucapan terima kasih SBY diberikan kepada rival-rivalnya. Secara berturut-turut, mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, dan Wiranto. ''Mereka adalah putra-putri bangsa yang memberikan kemajuan terbaik bagi demokrasi kita,'' kata SBY.

Dia juga berterima kasih kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPUD, Bawaslu, Panwaslu, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Polri, dan pemerintah dae­rah. Ucapan terima kasih juga di­sampaikan kepada seluruh ma­syarakat dan para pendukungnya.

SBY mengatakan, Pemilu 2009 merupakan tonggak sejarah bangsa untuk menegakkan kedaulatan rakyat dan melaksanakan suksesi politik secara langsung dan berkala. ''Ini menunjukkan, bangsa Indonesia bisa menyelenggarakan kompetisi politik secara patut, teratur, dan beradab,'' ujarnya.

SBY menyampaikan pidato pene­rimaan di depan sekitar 2.000 pen­dukung yang mema­dati tempat duduk yang mengitari panggung terbuka di depan Hall D JI Expo Kemayoran, Jakarta. Dengan skala yang lebih ke­cil, desain panggung dibuat mi­rip dengan yang digunakan Pre­siden AS Barrack Obama saat menyampaikan pidato serupa.

SBY segera mempersiapkan ka­binet baru yang terdiri atas te­naga yang kompeten, bersih, jujur, dan penuh dedikasi. Untuk itu, SBY memastikan adanya pakta integritas dan kontrak kinerja dari anggota kabinetnya.

''Kabinet yang terbaik, profesional, dari semua kalangan, baik partai politik maupun nonpartai, dan memastikan kabinet siap bekerja sejak hari pertama dilantik,'' bebernya. (don)

Rabu, 05 Agustus 2009

Antasari Nyanyi Cokot Pimpinan KPK




KRC,JAKARTA -
Ketua KPK (nonaktif) Antasari Azhar tidak ingin sendirian menghadapi kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Mantan jaksa itu berusaha ''mencokot'' para pimpinan lembaga superbodi tersebut. Bahkan, polisi mengatakan bahwa Antasari telah mengembangkan kasus pembunuhan itu dengan laporan korupsi di KPK.

''Kami sebatas menerima laporan. Itu murni inisiatif yang bersangkutan (Antasari, Red),'' kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Chrysnandha Dwi Laksana kemarin.

Laporan itu, tambah dia, terkait dugaan korupsi yang dilakukan beberapa anggota KPK dalam kasus korupsi Masaro dengan tersangka Anggoro Wijoyo. Anggoro sendiri sekarang dalam status buron. ''Kami menindaklanjuti laporan itu dengan proporsional,'' ujarnya.

Dalam laporan 14 halaman kuarto itu, Antasari menyebutkan adanya ''main mata'' antara Anggoro dan para pimpinan KPK yang lain. Tujuannya agar Anggoro tidak dijadikan tersangka dan bisa bebas melarikan diri ke luar negeri. Lewat tulisan tangan itu, Antasari terang-terangan mengungkapkan adanya dugaan suap yang menimpa pimpinan KPK.

Suap tersebut terkait penanganan dugaan korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) yang melibatkan Direktur PT Masaro Anggoro Wijoyo. Dalam pengakuan Antasari itu, utusan Anggoro melaporkan telah mengalirkan sejumlah dana kepada pimpinan KPK untuk mengamankan kasus itu.

Laporan yang ditulis di kertas kekuning-kuningan tersebut juga ditandatangani Antasari. Tersangka otak pembunuhan Nasrudin itu mengaku telah menerima informasi dari pihak lain bahwa petinggi KPK melakukan deal kasus korupsi. Informan Antasari itu menyebutkan, Anggoro Wijoyo telah membayar sejumlah uang kepada tiga orang berpengaruh di KPK.

Karena tidak begitu saja percaya, Antasari menemui informan itu. Bahkan, informan tersebut memperdengarkan rekaman suara antara Anggoro dan petinggi KPK itu. Penyerahan sejumlah uang, menurut informan itu, dilakukan di Malang, Jawa Timur, dan Singapura oleh utusan Anggoro.

Pengakuan Antasari itulah yang memicu renggangnya hubungan KPK-Polri. Sejak dugaan suap itu beredar, Polri beberapa kali dikabarkan bakal meringkus pimpinan KPK.

Dikonfirmasi secara terpisah, Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto mengatakan telah mendengar bahwa Antasari membuat pengakuan yang menyudutkan para pimpinan lembaga superbodi. ''Kalau memang ada pengakuan itu, kebenarannya sangat-sangat diragukan. Dengan kata lain, itu merupakan fitnah terhadap pimpinan yang lain agar KPK rontok,'' ujar Bibit.

Dia menjelaskan, kalau benar ada pengakuan itu, Antasari terancam kasus pidana baru yang bisa ditangani KPK. Sebab, sebagai pimpinan KPK, Antasari telah menemui Anggoro sebagai salah seorang yang beperkara.

Padahal, pasal 36 UU KPK melarang keras pimpinan komisi mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain yang berhubungan dengan perkara dengan alasan apa pun. ''Tim internal tengah menyelidiki ini. Kalau ada pidananya, dia (Antasari) bisa kami ambil juga,'' jelasnya.

Terkait masalah itu, kata Bibit, Antasari terancam pidana lima tahun penjara. KPK juga mengancam mempersoalkan testimoni Antasari karena termasuk pencemaran nama baik.

Seharusnya, saat mengetahui Anggoro dan mendapatkan pengakuan itu, Antasari menangkap dan membawa buron itu ke Indonesia. ''Dia pimpinan komisi (saat itu). Seharusnya dia menangkap. Lalu, kalau mencium kecurangan, dia berusaha mencari siapa orang KPK yang curang,'' ujarnya.

Bibit menyatakan tidak mengetahui motif Antasari membeber dugaan suap yang melibatkan para pimpinan KPK. ''Tanya saja ke dia (Antasari),'' katanya.

Yang pasti, ungkap Bibit, pimpinan KPK sama sekali tidak menerima uang. ''Penerimaan uang itu tidak diketahui dalam rangka berbuat apa. Toh, hingga sekarang kasus Anggoro juga jalan terus,'' terangnya.

Dalam pengadaan SKRT, KPK telah mencekal beberapa orang. Antara lain, Putranefo, David Angka Wijaya, dan Anggono Wijoyo. Pencekalan itu sudah dilayangkan Agustus tahun lalu.

Polisi sendiri tetap fokus pada penyidikan kasus pembunuhan. Penyidik Polda Metro Jaya (PMJ) all-out menyelesaikan pemberkasan kasus Antasari. Kemarin, 21 personel Direktorat Reserse Kriminal Umum PMJ membawa ketua KPK (nonaktif) itu keluar tahanan. Mantan jaksa itu menjalani rekonstruksi pertemuan perencanaan pembunuhan di kediaman Sigid Haryo Wibisono, Jalan Pati Unus 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

''Kami berharap, ini memperkuat pemberkasan dan penuntasan kasus ini,'' ujar Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Kasatjatanras) Polda Metro Jaya AKBP Nico Avinta yang memimpin rekonstruksi.

Berkas Antasari memang menjadi satu-satunya yang belum dinyatakan lengkap oleh kejaksaan. Karena itu, polisi memperpanjang masa penahanan suami Ida Laksmiwati itu hingga 31 Agustus nanti.

Antasari datang mengenakan baju batik lengan pendek. Dia berganti batik itu sejak dari Rutan Polda Metro Jaya. Selain Antasari, rekonstruksi tersebut melibatkan dua tersangka lain. Yaitu, pengusaha Sigid Haryo Wibisono dan mantan Kapolres Jakarta Selatan Wiliardi Wizar.

Seluruh adegan di luar rumah diperagakan dengan baik oleh Antasari. Mulai datang, masuk rumah, turun mobil, hingga masuk ke rumah bertingkat itu. Tidak tampak ekspresi tertekan. Wartawan tidak bisa melihat adegan di dalam rumah karena dinyatakan tertutup. ''Seluruhnya ada 20 adegan,'' jelas Kombespol Chrysnandha

Menurut Chrysnandha, rekonstruksi itu dilakukan atas saran jaksa agar berita acara pemeriksaan segera dinyatakan P-21 (lengkap). ''Semua dilakukan, termasuk saat Antasari memberikan foto Nasrudin kepada Sigid dan mengeluh terganggu,'' katanya. Keluhan Antasari itu dianggap sebagai perintah agar Nasrudin ''dihilangkan''.

Dalam pertemuan itu, Wiliardi dikenalkan oleh Sigid kepada Antasari. ''Sebelumnya mereka pernah bertemu, tapi belum dalam perkenalannya,'' kata Chrysnandha.

Selain menghelat rekonstruksi di rumah Sigid kemarin penyidik mengadakan reka ulang di kantor Sigid, Jalan Kerinci VIII. Namun, Antasari tidak ikut. Hanya Wiliardi Wizar dan Sigid. Di kantor itu, Sigid dan Wiliardi membicarakan secara lebih detail rencana membunuh Nasrudin.

Menurut Chrysnandha, polisi sebenarnya sudah siap melimpahkan berkas. ''Tapi, ada beberapa petunjuk jaksa yang harus dilakukan dulu. Kemungkinan dalam beberapa hari lagi akan selesai,'' kata perwira tiga mawar di pundak itu. (rdl/git/iro)

Vokalis Tak Gendong Berpulang


KRC,JAKARTA -
Penyanyi fenomenal Mbah Surip tutup usia. Pemilik nama lengkap Urip Ariyanto bin Soekotjo itu mengembuskan napas terakhir pada usia 50 tahun -menurut sertifikat medis penyebab kematian- sekitar pukul 10.30 kemarin (4/8).

Mbah Surip meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusdikkes TNI-AD yang tidak jauh dari kediaman komedian Mamiek Prakoso, tempatnya menginap, di Kampung Makassar, Jakarta Timur.

''Saat sampai di ruang UGD, ternyata dinyatakan sudah tidak ada (meninggal, Red),'' ujar Mamiek yang rumahnya dijadikan rumah duka sementara sebelum dipindah ke Bengkel Teater W.S. Rendra di Citayam, Depok.

Sebelum dibawa ke rumah sakit, kata Mamiek, dirinya mendengar panggilan Varid Wahyu Dwi Kristianto, anak kedua yang merangkap asisten Mbah Surip yang selama ini setia mengantar ayahnya ke mana saja. ''Ini kok bapak jadi lemas?'' kata Varid.

''Begitu saya lihat, di mulutnya keluar air liur dan seperti busa begitu. Wah, saya bilang ini pingsan. Saya yang tidak paham medis ya bingung. Akhirnya saya coba bawa ke rumah sakit dan kebetulan ada tetangga mau berangkat kerja (naik mobil), diantar,'' lanjut pelawak dengan cat rambut khas itu.

Menurut Mamiek, Mbah Surip bertamu ke rumahnya pada Senin sore (3/8). Seperti biasa, dia diboncengkan Varid dengan sepeda motor Supra miliknya. ''Wajahnya sudah terlihat pucat. Varid bilang memang sedang tidak sehat. Lha saya bilang kenapa kok malah naik motor? Mana fasilitas kendaraan yang ada itu? Varid jawab, 'Nggak Om, naik motor saja','' ungkap Mamiek.

Baru kali itu dia mendengar ungkapan Mbah Surip yang bernada mengeluh. Sejak kenal pada awal 1990, kata Mamiek, pria berambut gimbal tersebut tidak pernah terdengar mengeluh. ''Kemarin itu dia bilang kecapekan dikejar-kejar orang terus. Acara, fans, sama wartawan. 'Ampun pemerintah, saya capek. Saya mau numpang ngadem di rumah kamu','' ujar Mamiek menirukan ucapan pria kelahiran Mojokerto, 5 Mei 1949 (versi data Jawa Pos), 1959 (versi sertifikat kematian), dan 1969 (tercantum di KTP) itu.

Semakin sore, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Ditambah pengakuan Mbah Surip bahwa lambungnya terasa sakit. Sepanjang malam, kata Mamiek, dia bolak-balik ke toilet terus. ''Nggak ada omongan terakhir. Saya ini kaget campur bingung. Dia cuma bilang mau syuting iklan,'' tutur anggota Srimulat tersebut yang lantas menyarankan tamunya itu untuk beristirahat.

Dokter jaga Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Pusdikkes, dr Satyaningtyas, tidak bisa memberikan keterangan pasti penyebab kematian Mbah Surip. ''Untuk mengetahuinya, harus dilakukan otopsi. Tapi, sampai sore ini belum ada permintaan (otopsi). Sangat mungkin mati mendadak. Kemungkinan lain kena serangan jantung,'' jelasnya.

Dia membenarkan, saat tiba di UGD, detak jantung sarjana di bidang kimia itu sudah berhenti. ''Meski begitu, dia sempat diberi pertolongan pertama, yakni pasang oksigen, memeriksa jantung, dan paru-paru. Wajahnya terlihat agak biru. Tapi, badannya masih hangat. Karena jarak dari rumah ke rumah sakit 10 sampai 15 menit, mungkin dia meninggal di jalan. Pupil mata sudah membesar,'' ulasnya.

Soal air liur atau busa yang sempat keluar dari mulut Mbah Surip belum sempat dilihat Satyaningtyas. Menurut dia, saat tiba di UGD, mulut Mbah Surip sudah dalam keadaan bersih. ''Mungkin itu sisa dari sarapan bubur. Bisa saja air bubur,'' tepisnya.

Varid menyatakan, Mbah Surip kali pertama mengeluh sakit pada Sabtu (1/8) setelah minum es saat pentas di Jogja. Varid merasa kecolongan karena di luar dugaan, Mbah Surip ingin minuman lain selain kopi.

Minggu pagi, kondisi Mbah Surip belum membaik. Varid langsung bergerak cepat dengan membatalkan dua jadwal acara ayahnya itu. "Saya tidak tega melihatnya kelelah­an," katanya.

Saat sedang sekarat pada kemarin pagi, kata Varid, Mbah Surip sempat mengigau dengan terus mengulang satu kalimat andalan­nya. "Dia terus bilang, I love you full, I love you full."

Meski ada usul ada usul agar Mbah Surip dimakamkan di kampung halamannya di Mojokerto, tadi malam keinginan Mbah Surip untuk dimakamkan di Bengkel Teater di komplek tepat tinggal W.S. Rendra terkabul.

Mbah Surip memang ingin dimakamkan di kediaman W.S. Rendra, Citayam, Depok, yang juga menjadi tempat beraktivitas seni. Keingin­an Mbah Surip itu tiba-tiba saja terucap saat mengadakan syukuran sederhana bersama Kampung Artis Management, manajemen artis pertama yang menaunginya. "Nanti, kalau mati, saya minta dikuburkan di rumah W.S. Rendra. Di sana ada tanah di bawah pohon jengkol (Jawa Pos halaman Show & Selebriti, 30 Juli 2009)," pintanya.

Varid ikut mendengar ucapan ayahnya di hadapan beberapa wartawan saat itu di Kampung Artis, Cipayung, Jakarta Timur. Maka, pesan itu pula yang disampaikan kepada Mamiek dan teman-teman lain seperti Doyok, Tarzan, dan keluarga seniman lainnya. "Saya ini juga maunya sesuai permintaan beliau (Mbah Surip). Tapi, keluarganya ingin di tanah keluarga saja," ujar Tarzan.

Tidak lama setelah itu, di tengah keramaian orang yang melayat dan wartawan, Tarzan berbicara sangat keras bahwa jenazah Mbah Surip akan disemayamkan di Bengkel Tea­ter atau rumah milik W.S. Rendra. Keinginan Mbah Surip pun terwujud.

"Waktu itu Mbah Surip sempat main ke sini. Dia kemudian lihat tempat pemakaman ini dan tertarik," terang Sudibyanto, adik Rendra yang akrab dengan Mbah Surip.

Selain suasananya sepi dan jauh dari keramaian, kata Sudibyanto, Mbah Surip kesengsem dengan tempat itu karena tidak khawatir terkena gusur. "Kalau di tempat pema­kaman umum Mbah Surip takut nanti kena gusur gara-gara tidak membayar ongkos sewa. Mending di sini saja, tidak bakal dipin­dah ke mana-mana," ucapan Mbah Surip yang ditirukan Sudibyanto.

Di tempat tersebut sudah ada enam jenazah. Mereka adalah adik Rendra dan beberapa seniman Bengkel Teater. Jenazah Mbah Surip dimakamkan berdampingan dengan makam Arie Mogot, anak salah seorang seniman Bengkel Teater asal Surabaya. Lokasinya teduh, dipayungi pohon Jengkol.

Sebelum dimakamkan, pada sekitar pukul 22.30, putri ketiga Mbah Surip, Risna Tri Kresnawati, melangsungkan pernikahan di hadapan jenazah ayahnya itu di aula Bengkel Teater milik W.S. Rendra. Dia dinikahi seorang pria bernama Samsuri dengan mas­kawin Rp 100 ribu.

Sesenggukan Risna menahan ledakan tangisnya sampai setelah pernikahannya dinyata­kan sah dan keranda Mbah Surip dibuka agar keluarga melihat wajahnya pada kesempatan terakhir. Risna pingsan. Dia kemudian dibopong ke ruangan lain.

Pemakaman berlangsung khidmat, mulai pukul 22.45 tadi malam. Meski sudah larut malam antusiasme banyak pihak tidak berkurang. Setidaknya ada sekitar 800 orang yang menjadi saksi kembalinya sosok seniman unik itu ke tanah untuk selama-lamanya. (cc)