Kamis, 20 Agustus 2009

SBY Tepis Dirinya Hanya Jendral Staf




KRC, JAKARTA -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menepis anggapan bahwa dirinya hanya seorang jenderal di belakang meja yang tak memiliki pengalaman tempur. SBY mengatakan, selama karirnya di militer, dirinya sempat ditugaskan di satuan lintas udara pada Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang diterjunkan di sejumlah operasi militer.

"Banyak yang mengatakan bahwa SBY itu selama di TNI hanya bertugas di staf. Begitu katanya, terutama ketika sedang ada kegiatan demokrasi, perhelatan pemilu. Yang jelas, saya mengabdikan waktu saya, semasa di TNI, di satuan lintas udara sampai memimpin brigade infanteri di Kostrad, yang bertetangga dengan Kopassus," papar SBY setelah menerima brevet komando kerhormatan Kopassus di Mako Cijantung, Jakarta, kemarin (20/8).

Dengan brevet tersebut, SBY diterima sebagai warga kehormatan korps baret merah itu. Brevet diberikan KSAD Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, disaksikan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Pangkostrad, dan perwira tinggi korps baret merah. Turut menyaksikan pula, Danjen Kopassus yang juga adik ipar SBY, Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo.

SBY menambahkan, dirinya juga pernah ditugaskan ke Timor Timur dan menjadi komandan batalyon pasukan perdamaian di Bosnia. Dia bercerita, selama bertugas di operasi-operasi militer, dirinya sudah kerap bekerja sama dengan Kopassus. ''Saya tahu betul kecakapan, prestasi, dan jasa satuan elite ini kepada bangsa dan negara,'' ujarnya.

SBY kemarin juga menyaksikan latihan kesiagaan penaggulangan teror yang digelar Kopassus. Latihan tersebut tertutup bagi umum. ''Setelah menyaksikan keterampilan taktis, saya bangga, dan teruslah menjadi prajurit yang andal sebagai perisai bangsa dan negara,'' tuturnya. SBY mengatakan, dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara, TNI mengenal dua operasi militer, yakni dengan perang dan selain perang.

Menurut dia, kedua-duanya adalah tugas konstitusional yang sah, sesuai dengan perintah atau amanat undang-undang. Karena itu, lanjut SBY, tidak tepat jika berpandangan bahwa TNI tidak boleh menjalankan tugas selain perang. Kopassus didesain untuk melaksanakan operasi khusus yang berkaitan dengan perang dan selain perang. Korps baret merah juga harus siap berada di belakang garis musuh dan operasi lawan gerilya.

Dia mencontohkan, krisis di perbatasan Ambalat juga terus diupayakan negosiasi dan diplomasi dengan Malaysia. ''Tapi, tetap dengan catatan bahwa satu jengkal wilayah Indonesia harus kita pertahankan dan tidak bisa disentuh negara lain,'' terang SBY.

Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan prajurit. Tahun depan, diusulkan anggaran pertahanan menjadi Rp 40 triliun. ''Saya berharap, anggaran digunakan secara tepat, untuk pengadaan alutsista dan meningkatkan kemampuan ope­rasional,'' ujarnya.

Sementara itu, pidato penerimaan atau acceptance speech capres terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tadi malam menjadi akhir perhelatan Pemilu 2009. Selama 22 menit, dengan 28 kali tepuk tangan, SBY menyampaikan pidato yang berisi ucapan terima kasih, ajakan bersatu kembali, serta janji membentuk pemerintahan yang lebih baik.

Ucapan terima kasih SBY diberikan kepada rival-rivalnya. Secara berturut-turut, mereka adalah Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, dan Wiranto. ''Mereka adalah putra-putri bangsa yang memberikan kemajuan terbaik bagi demokrasi kita,'' kata SBY.

Dia juga berterima kasih kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPUD, Bawaslu, Panwaslu, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Polri, dan pemerintah dae­rah. Ucapan terima kasih juga di­sampaikan kepada seluruh ma­syarakat dan para pendukungnya.

SBY mengatakan, Pemilu 2009 merupakan tonggak sejarah bangsa untuk menegakkan kedaulatan rakyat dan melaksanakan suksesi politik secara langsung dan berkala. ''Ini menunjukkan, bangsa Indonesia bisa menyelenggarakan kompetisi politik secara patut, teratur, dan beradab,'' ujarnya.

SBY menyampaikan pidato pene­rimaan di depan sekitar 2.000 pen­dukung yang mema­dati tempat duduk yang mengitari panggung terbuka di depan Hall D JI Expo Kemayoran, Jakarta. Dengan skala yang lebih ke­cil, desain panggung dibuat mi­rip dengan yang digunakan Pre­siden AS Barrack Obama saat menyampaikan pidato serupa.

SBY segera mempersiapkan ka­binet baru yang terdiri atas te­naga yang kompeten, bersih, jujur, dan penuh dedikasi. Untuk itu, SBY memastikan adanya pakta integritas dan kontrak kinerja dari anggota kabinetnya.

''Kabinet yang terbaik, profesional, dari semua kalangan, baik partai politik maupun nonpartai, dan memastikan kabinet siap bekerja sejak hari pertama dilantik,'' bebernya. (don)

Rabu, 05 Agustus 2009

Antasari Nyanyi Cokot Pimpinan KPK




KRC,JAKARTA -
Ketua KPK (nonaktif) Antasari Azhar tidak ingin sendirian menghadapi kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Mantan jaksa itu berusaha ''mencokot'' para pimpinan lembaga superbodi tersebut. Bahkan, polisi mengatakan bahwa Antasari telah mengembangkan kasus pembunuhan itu dengan laporan korupsi di KPK.

''Kami sebatas menerima laporan. Itu murni inisiatif yang bersangkutan (Antasari, Red),'' kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombespol Chrysnandha Dwi Laksana kemarin.

Laporan itu, tambah dia, terkait dugaan korupsi yang dilakukan beberapa anggota KPK dalam kasus korupsi Masaro dengan tersangka Anggoro Wijoyo. Anggoro sendiri sekarang dalam status buron. ''Kami menindaklanjuti laporan itu dengan proporsional,'' ujarnya.

Dalam laporan 14 halaman kuarto itu, Antasari menyebutkan adanya ''main mata'' antara Anggoro dan para pimpinan KPK yang lain. Tujuannya agar Anggoro tidak dijadikan tersangka dan bisa bebas melarikan diri ke luar negeri. Lewat tulisan tangan itu, Antasari terang-terangan mengungkapkan adanya dugaan suap yang menimpa pimpinan KPK.

Suap tersebut terkait penanganan dugaan korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) yang melibatkan Direktur PT Masaro Anggoro Wijoyo. Dalam pengakuan Antasari itu, utusan Anggoro melaporkan telah mengalirkan sejumlah dana kepada pimpinan KPK untuk mengamankan kasus itu.

Laporan yang ditulis di kertas kekuning-kuningan tersebut juga ditandatangani Antasari. Tersangka otak pembunuhan Nasrudin itu mengaku telah menerima informasi dari pihak lain bahwa petinggi KPK melakukan deal kasus korupsi. Informan Antasari itu menyebutkan, Anggoro Wijoyo telah membayar sejumlah uang kepada tiga orang berpengaruh di KPK.

Karena tidak begitu saja percaya, Antasari menemui informan itu. Bahkan, informan tersebut memperdengarkan rekaman suara antara Anggoro dan petinggi KPK itu. Penyerahan sejumlah uang, menurut informan itu, dilakukan di Malang, Jawa Timur, dan Singapura oleh utusan Anggoro.

Pengakuan Antasari itulah yang memicu renggangnya hubungan KPK-Polri. Sejak dugaan suap itu beredar, Polri beberapa kali dikabarkan bakal meringkus pimpinan KPK.

Dikonfirmasi secara terpisah, Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto mengatakan telah mendengar bahwa Antasari membuat pengakuan yang menyudutkan para pimpinan lembaga superbodi. ''Kalau memang ada pengakuan itu, kebenarannya sangat-sangat diragukan. Dengan kata lain, itu merupakan fitnah terhadap pimpinan yang lain agar KPK rontok,'' ujar Bibit.

Dia menjelaskan, kalau benar ada pengakuan itu, Antasari terancam kasus pidana baru yang bisa ditangani KPK. Sebab, sebagai pimpinan KPK, Antasari telah menemui Anggoro sebagai salah seorang yang beperkara.

Padahal, pasal 36 UU KPK melarang keras pimpinan komisi mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain yang berhubungan dengan perkara dengan alasan apa pun. ''Tim internal tengah menyelidiki ini. Kalau ada pidananya, dia (Antasari) bisa kami ambil juga,'' jelasnya.

Terkait masalah itu, kata Bibit, Antasari terancam pidana lima tahun penjara. KPK juga mengancam mempersoalkan testimoni Antasari karena termasuk pencemaran nama baik.

Seharusnya, saat mengetahui Anggoro dan mendapatkan pengakuan itu, Antasari menangkap dan membawa buron itu ke Indonesia. ''Dia pimpinan komisi (saat itu). Seharusnya dia menangkap. Lalu, kalau mencium kecurangan, dia berusaha mencari siapa orang KPK yang curang,'' ujarnya.

Bibit menyatakan tidak mengetahui motif Antasari membeber dugaan suap yang melibatkan para pimpinan KPK. ''Tanya saja ke dia (Antasari),'' katanya.

Yang pasti, ungkap Bibit, pimpinan KPK sama sekali tidak menerima uang. ''Penerimaan uang itu tidak diketahui dalam rangka berbuat apa. Toh, hingga sekarang kasus Anggoro juga jalan terus,'' terangnya.

Dalam pengadaan SKRT, KPK telah mencekal beberapa orang. Antara lain, Putranefo, David Angka Wijaya, dan Anggono Wijoyo. Pencekalan itu sudah dilayangkan Agustus tahun lalu.

Polisi sendiri tetap fokus pada penyidikan kasus pembunuhan. Penyidik Polda Metro Jaya (PMJ) all-out menyelesaikan pemberkasan kasus Antasari. Kemarin, 21 personel Direktorat Reserse Kriminal Umum PMJ membawa ketua KPK (nonaktif) itu keluar tahanan. Mantan jaksa itu menjalani rekonstruksi pertemuan perencanaan pembunuhan di kediaman Sigid Haryo Wibisono, Jalan Pati Unus 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

''Kami berharap, ini memperkuat pemberkasan dan penuntasan kasus ini,'' ujar Kepala Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Kasatjatanras) Polda Metro Jaya AKBP Nico Avinta yang memimpin rekonstruksi.

Berkas Antasari memang menjadi satu-satunya yang belum dinyatakan lengkap oleh kejaksaan. Karena itu, polisi memperpanjang masa penahanan suami Ida Laksmiwati itu hingga 31 Agustus nanti.

Antasari datang mengenakan baju batik lengan pendek. Dia berganti batik itu sejak dari Rutan Polda Metro Jaya. Selain Antasari, rekonstruksi tersebut melibatkan dua tersangka lain. Yaitu, pengusaha Sigid Haryo Wibisono dan mantan Kapolres Jakarta Selatan Wiliardi Wizar.

Seluruh adegan di luar rumah diperagakan dengan baik oleh Antasari. Mulai datang, masuk rumah, turun mobil, hingga masuk ke rumah bertingkat itu. Tidak tampak ekspresi tertekan. Wartawan tidak bisa melihat adegan di dalam rumah karena dinyatakan tertutup. ''Seluruhnya ada 20 adegan,'' jelas Kombespol Chrysnandha

Menurut Chrysnandha, rekonstruksi itu dilakukan atas saran jaksa agar berita acara pemeriksaan segera dinyatakan P-21 (lengkap). ''Semua dilakukan, termasuk saat Antasari memberikan foto Nasrudin kepada Sigid dan mengeluh terganggu,'' katanya. Keluhan Antasari itu dianggap sebagai perintah agar Nasrudin ''dihilangkan''.

Dalam pertemuan itu, Wiliardi dikenalkan oleh Sigid kepada Antasari. ''Sebelumnya mereka pernah bertemu, tapi belum dalam perkenalannya,'' kata Chrysnandha.

Selain menghelat rekonstruksi di rumah Sigid kemarin penyidik mengadakan reka ulang di kantor Sigid, Jalan Kerinci VIII. Namun, Antasari tidak ikut. Hanya Wiliardi Wizar dan Sigid. Di kantor itu, Sigid dan Wiliardi membicarakan secara lebih detail rencana membunuh Nasrudin.

Menurut Chrysnandha, polisi sebenarnya sudah siap melimpahkan berkas. ''Tapi, ada beberapa petunjuk jaksa yang harus dilakukan dulu. Kemungkinan dalam beberapa hari lagi akan selesai,'' kata perwira tiga mawar di pundak itu. (rdl/git/iro)

Vokalis Tak Gendong Berpulang


KRC,JAKARTA -
Penyanyi fenomenal Mbah Surip tutup usia. Pemilik nama lengkap Urip Ariyanto bin Soekotjo itu mengembuskan napas terakhir pada usia 50 tahun -menurut sertifikat medis penyebab kematian- sekitar pukul 10.30 kemarin (4/8).

Mbah Surip meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusdikkes TNI-AD yang tidak jauh dari kediaman komedian Mamiek Prakoso, tempatnya menginap, di Kampung Makassar, Jakarta Timur.

''Saat sampai di ruang UGD, ternyata dinyatakan sudah tidak ada (meninggal, Red),'' ujar Mamiek yang rumahnya dijadikan rumah duka sementara sebelum dipindah ke Bengkel Teater W.S. Rendra di Citayam, Depok.

Sebelum dibawa ke rumah sakit, kata Mamiek, dirinya mendengar panggilan Varid Wahyu Dwi Kristianto, anak kedua yang merangkap asisten Mbah Surip yang selama ini setia mengantar ayahnya ke mana saja. ''Ini kok bapak jadi lemas?'' kata Varid.

''Begitu saya lihat, di mulutnya keluar air liur dan seperti busa begitu. Wah, saya bilang ini pingsan. Saya yang tidak paham medis ya bingung. Akhirnya saya coba bawa ke rumah sakit dan kebetulan ada tetangga mau berangkat kerja (naik mobil), diantar,'' lanjut pelawak dengan cat rambut khas itu.

Menurut Mamiek, Mbah Surip bertamu ke rumahnya pada Senin sore (3/8). Seperti biasa, dia diboncengkan Varid dengan sepeda motor Supra miliknya. ''Wajahnya sudah terlihat pucat. Varid bilang memang sedang tidak sehat. Lha saya bilang kenapa kok malah naik motor? Mana fasilitas kendaraan yang ada itu? Varid jawab, 'Nggak Om, naik motor saja','' ungkap Mamiek.

Baru kali itu dia mendengar ungkapan Mbah Surip yang bernada mengeluh. Sejak kenal pada awal 1990, kata Mamiek, pria berambut gimbal tersebut tidak pernah terdengar mengeluh. ''Kemarin itu dia bilang kecapekan dikejar-kejar orang terus. Acara, fans, sama wartawan. 'Ampun pemerintah, saya capek. Saya mau numpang ngadem di rumah kamu','' ujar Mamiek menirukan ucapan pria kelahiran Mojokerto, 5 Mei 1949 (versi data Jawa Pos), 1959 (versi sertifikat kematian), dan 1969 (tercantum di KTP) itu.

Semakin sore, kondisinya semakin mengkhawatirkan. Ditambah pengakuan Mbah Surip bahwa lambungnya terasa sakit. Sepanjang malam, kata Mamiek, dia bolak-balik ke toilet terus. ''Nggak ada omongan terakhir. Saya ini kaget campur bingung. Dia cuma bilang mau syuting iklan,'' tutur anggota Srimulat tersebut yang lantas menyarankan tamunya itu untuk beristirahat.

Dokter jaga Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Pusdikkes, dr Satyaningtyas, tidak bisa memberikan keterangan pasti penyebab kematian Mbah Surip. ''Untuk mengetahuinya, harus dilakukan otopsi. Tapi, sampai sore ini belum ada permintaan (otopsi). Sangat mungkin mati mendadak. Kemungkinan lain kena serangan jantung,'' jelasnya.

Dia membenarkan, saat tiba di UGD, detak jantung sarjana di bidang kimia itu sudah berhenti. ''Meski begitu, dia sempat diberi pertolongan pertama, yakni pasang oksigen, memeriksa jantung, dan paru-paru. Wajahnya terlihat agak biru. Tapi, badannya masih hangat. Karena jarak dari rumah ke rumah sakit 10 sampai 15 menit, mungkin dia meninggal di jalan. Pupil mata sudah membesar,'' ulasnya.

Soal air liur atau busa yang sempat keluar dari mulut Mbah Surip belum sempat dilihat Satyaningtyas. Menurut dia, saat tiba di UGD, mulut Mbah Surip sudah dalam keadaan bersih. ''Mungkin itu sisa dari sarapan bubur. Bisa saja air bubur,'' tepisnya.

Varid menyatakan, Mbah Surip kali pertama mengeluh sakit pada Sabtu (1/8) setelah minum es saat pentas di Jogja. Varid merasa kecolongan karena di luar dugaan, Mbah Surip ingin minuman lain selain kopi.

Minggu pagi, kondisi Mbah Surip belum membaik. Varid langsung bergerak cepat dengan membatalkan dua jadwal acara ayahnya itu. "Saya tidak tega melihatnya kelelah­an," katanya.

Saat sedang sekarat pada kemarin pagi, kata Varid, Mbah Surip sempat mengigau dengan terus mengulang satu kalimat andalan­nya. "Dia terus bilang, I love you full, I love you full."

Meski ada usul ada usul agar Mbah Surip dimakamkan di kampung halamannya di Mojokerto, tadi malam keinginan Mbah Surip untuk dimakamkan di Bengkel Teater di komplek tepat tinggal W.S. Rendra terkabul.

Mbah Surip memang ingin dimakamkan di kediaman W.S. Rendra, Citayam, Depok, yang juga menjadi tempat beraktivitas seni. Keingin­an Mbah Surip itu tiba-tiba saja terucap saat mengadakan syukuran sederhana bersama Kampung Artis Management, manajemen artis pertama yang menaunginya. "Nanti, kalau mati, saya minta dikuburkan di rumah W.S. Rendra. Di sana ada tanah di bawah pohon jengkol (Jawa Pos halaman Show & Selebriti, 30 Juli 2009)," pintanya.

Varid ikut mendengar ucapan ayahnya di hadapan beberapa wartawan saat itu di Kampung Artis, Cipayung, Jakarta Timur. Maka, pesan itu pula yang disampaikan kepada Mamiek dan teman-teman lain seperti Doyok, Tarzan, dan keluarga seniman lainnya. "Saya ini juga maunya sesuai permintaan beliau (Mbah Surip). Tapi, keluarganya ingin di tanah keluarga saja," ujar Tarzan.

Tidak lama setelah itu, di tengah keramaian orang yang melayat dan wartawan, Tarzan berbicara sangat keras bahwa jenazah Mbah Surip akan disemayamkan di Bengkel Tea­ter atau rumah milik W.S. Rendra. Keinginan Mbah Surip pun terwujud.

"Waktu itu Mbah Surip sempat main ke sini. Dia kemudian lihat tempat pemakaman ini dan tertarik," terang Sudibyanto, adik Rendra yang akrab dengan Mbah Surip.

Selain suasananya sepi dan jauh dari keramaian, kata Sudibyanto, Mbah Surip kesengsem dengan tempat itu karena tidak khawatir terkena gusur. "Kalau di tempat pema­kaman umum Mbah Surip takut nanti kena gusur gara-gara tidak membayar ongkos sewa. Mending di sini saja, tidak bakal dipin­dah ke mana-mana," ucapan Mbah Surip yang ditirukan Sudibyanto.

Di tempat tersebut sudah ada enam jenazah. Mereka adalah adik Rendra dan beberapa seniman Bengkel Teater. Jenazah Mbah Surip dimakamkan berdampingan dengan makam Arie Mogot, anak salah seorang seniman Bengkel Teater asal Surabaya. Lokasinya teduh, dipayungi pohon Jengkol.

Sebelum dimakamkan, pada sekitar pukul 22.30, putri ketiga Mbah Surip, Risna Tri Kresnawati, melangsungkan pernikahan di hadapan jenazah ayahnya itu di aula Bengkel Teater milik W.S. Rendra. Dia dinikahi seorang pria bernama Samsuri dengan mas­kawin Rp 100 ribu.

Sesenggukan Risna menahan ledakan tangisnya sampai setelah pernikahannya dinyata­kan sah dan keranda Mbah Surip dibuka agar keluarga melihat wajahnya pada kesempatan terakhir. Risna pingsan. Dia kemudian dibopong ke ruangan lain.

Pemakaman berlangsung khidmat, mulai pukul 22.45 tadi malam. Meski sudah larut malam antusiasme banyak pihak tidak berkurang. Setidaknya ada sekitar 800 orang yang menjadi saksi kembalinya sosok seniman unik itu ke tanah untuk selama-lamanya. (cc)